TUGAS
INDIVIDU
PERANCANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN
DOSEN
PENGAMPUH :
Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd
BAB I
ASPEK
TEORETIS
1.
Teori
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a.
Hakikat IPA
Sains menurut Depdiknas (2004:3) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Carin & Sund (1985:4) “Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and controlled experimentation”. Sains adalah sebuah sistem pengetahuan tentang alam semesta melalui kumpulan data dari observasi atau eksperimen.
Collete & Chiapetta (1994:30) menyatakan pendapatnya tentang sains, yaitu: “science should viewed as a way thinking in the pursuit of understanding nature, as the way investigation claim about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”. Bahwa sains harus dipandang sebagai suatu cara berpikir dalam upaya memahami alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang gejala, dan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan. Sains disini adalah suatu cara berpikir dan cara penyelidikan untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan tentang alam.
Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapan
nya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah
seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, terbuka,
jujur dan
sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu:
1. Kemampuan mengetahui yang diamati
2. kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk
menguji
tindak lanjut
3. dikembangkannya sikap
ilmiah.
Sumaji, dkk (1998:31) menyatakan bahwa sains adalah suatu disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk dalam physical sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi.
Menurut BSNP (2006:1), Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis. Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.
Masih menurut BSNP (2006:1), untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena/gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun pada benda tak hidup yang ada di alam semesta. Ketiga aspek tersebut, ialah aspek biologis (biotis), fisis, dan khemis, dikaji secara simultan sehingga menghasilkan konsep yang utuh yang menggambarkan konsep-konsep dalam bidang kajian IPA. Khusus untuk materi Bumi dan Antariksa dapat dikaji secara lebih dalam dari segi struktur maupun kejadiannya.
Dalam penerapannya, IPA juga memiliki peranan penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam hal menerapkan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, struktur IPA juga tidak dapat dilepaskan dari peranan IPA dalam hal tersebut.
Osborne & Dillon (2008) menyatakan “…that the primary goal of science education cannot be simply to produce the next generation of scientist.” Bahwa tujuan utama dari pendidikan IPA tak hanya sesederhana memproduksi generasi ilmuan di masa yang akan datang saja. Lebih lanjut dikemukakan “ … and that this needs to be an education that will develop an understanding of the major explanatory themes that science has to offer and contribute to their ability to engage critically with science in their future lives.” Yang secara singkat berarti ilmu pengetahuan ini dibutuhkan untuk mengembangkan pengertian anak tentang berbagai penjelasan peristiwa di alam dan juga memberikan kontribusi terhadap kemampuan anak di masa yang akan datang.
Hakikat IPA yang dinyatakan oleh Sri Sulistyorini (2007:9) dapat dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut.
Sedangkan hakikat IPA menurut Depdiknas (2006) meliputi empat unsur utama yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA
bersifat open ended;
2. Proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang
sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif.
Kesimpulan dari beberapa
definisi diatas bahwa IPA adalah sebuah proses memperoleh kebenaran tentang
fakta dan fenomena alam yang meliputi aspek biologi, fisis dan khemis.
Sedangkan hakikat IPA dapat dipandang sebagai sikap, proses, produk serta
aplikasi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang keseluruhannya saling
terkait secara erat.
b.
Pembelajaran IPA
Pembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagai terjemahan dari istilah “instructional” yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sesuai yang dinyatakan Nana Sujana (2004:28), Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam individu.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2007:57). Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar dengan lebih aktif (Dimyati dan Mudjiono, 2002:113 ).
Menurut Syaiful Sagala (2007:63) pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006).
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:
1. Memberikan pengalaman pada peserta didik
sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis,
2. Menanamkan pada peserta didik pentingnya
pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis
ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan
pembuktian secara ilmiah,
3. Latihan berpikir
kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan
matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam,
4. Memperkenalkan
dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan
pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan
IPA dalam menjawab berbagai masalah.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan. Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya.
2.
Teori Media Pembelajaran
Kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach
& Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat
grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual dan verbal.
Media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang
digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa
agar tujuan pengajaran tercapai.
Media
pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media
mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus
merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan
rangsangan belajar baru.
2.1. Manfaat
dan Fungsi Media Pembelajaran
Secara
umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan
efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp
dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media
dalam pembelajaran yaitu:
·
Penyampaian materi pelajaran dapat
diseragamkan.
·
Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
·
Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif.
·
Efisiensi
dalam waktu dan tenaga.
·
Meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa.
·
Media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
·
Media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
·
Mengubah
peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Fungsi
media pembelajaran antara lain:
·
Menyampaikan
informasi dalam proses belajar mengajar.
·
Melengkapi
dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
·
Mendorong
motivasi belajar.
·
Menambah
variasi dalam penyajian materi.
·
Menambah
pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
·
Memungkinkan
siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
·
Mudah
dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas dan tidak mudah
lupa) (Rohani, 1997: 9).
2.2.
Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)
melakukannya.
a.
Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri
fiksatif, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi
pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b.
Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording. Suatu kejadian dapat dipercepat dan
dapat juga diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.
2.3.
Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut
Oemar Hamalik (1985:63) ada empat klasifikasi media pengajaran yaitu:
1.
Alat-alat visual yang dapat dilihat.
2.
Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar.
3.
Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar.
4.
Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan
sebagainya.
3. Pengajaran
Berbantuan Komputer (PBK)
Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK), diadopsi dari istilah Computer
Aided Instruction (CAI). CAI merupakan istilah yang paling sering digunakan
disamping istilah Computer Based Instruction (CBI), Computer Assisted
Learning (CAL), Computer Based Education (CBE) dan lainnya. Istilah
CAI lebih banyak digunakan di kalangan pendidik di Amerika Serikat, sedangkan
istilah CAL digunakan di negara-negara Eropa.
A.
Definisi Pengajaran Berbantuan Komputer
Pengajaran Berbantuan Komputer adalah aplikasi komputer
sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran terhadap proses belajar dan
mengajar yang bertujuan membantu siswa dalam belajarnya bisa melalui pola
interaksi dua arah melalui terminal komputer maupun multiarah yang diperluas
melalui jaringan komputer (baik lokal maupun global) dan juga diperluas
fungsinya melalui interface (antarmuka) multimedia (Emithu, 2010).
Istilah CAI umumnya menunjuk pada semua software
pendidikan yang diakses melalui komputer dimana siswa dapat berinteraksi
dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran kepada
siswa baik berupa informasi maupun latihan dan soal-soal untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu dan siswa melakukan aktivitas belajar dengan cara
berinteraksi dengan sistem komputer. Materi pelajaran dapat disajikan program CAI
melalui berbagai metode seperti: drill and practice, tutorial,
simulasi, games, problem-solving, dan lain sebagainya (Heinich et
al, 1993).
B.
Jenis Pengajaran Berbantuan Komputer
Jenis-jenis Pengajaran Berbantuan Komputer adalah sebagai
berikut:
1. Tutorial
Tutorial bertujuan untuk menyampaikan atau menjelaskan
materi tertentu dimana komputer menyampaikan materi, mengajukan pertanyaan dan
memberikan umpan balik sesuai dengan jawaban siswa.
Dalam menyajikan materi, tutorial dapat dibedakan menjadi
Tutorial Linier dan Tutorial Bercabang. Tutorial Linier menyajikan suatu topik
ke topik berikutnya sesuai urutan yang telah ditetapkan oleh pemrogram,
sehingga siswa tidak dapat memilih materi pembelajaran sesuai keinginan dan
kemampuannya. Tutorial Bercabang perbedaan individu diperhatikan dengan
memberikan kebebasan pada siswa untuk mempelajari materi sesuai keinginan dan
kemampuannya. Penyajian materi dan topik pada Tutorial Bercabang menyesuaikan
dengan pilihan dan kemampuan siswa. Tutorial Bercabang memiliki kelebihan
dibanding Tutorial Linier, karena:
1. Siswa dapat menentukan
materi yang akan dipelajari.
2. Pembelajaran lebih menarik,
kreatif, dan fleksibel.
3.
Pembelajaran lebih efektif.
Ciri-ciri
Model Tutorial :
·
Pendahuluan
·
Pokok
Materi
·
Jenis
balikan atau Respon
·
Deteksi
Jawaban Salah dan Benar
·
Soal
Formatif atau UTS
·
Hasil
2.
Drill And Practice (Latihan dan Praktik)
Latih dan praktik dapat diterapkan pada siswa yang sudah
mempelajari konsep (kemampuan dasar) dengan tujuan untuk memantapkan konsep
yang telah dipelajari, dimana siswa sudah siap mengingat kembali atau
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki.
3.
Simulasi
Simulasi digunakan untuk memperagakan sesuatu (keterampilan)
sehingga siswa merasa seperti berada dalam keadaan yang sebenarnya. Simulasi
banyak digunakan pada pembelajaran materi yang membahayakan, sulit, atau
memerlukan biaya tinggi, misalnya untuk melatih pilot pesawat terbang atau
pesawat tempur.
4.
Permainan (Game)
Jenis permainan ini tepat jika diterapkan pada siswa yang
senang bermain. Bahkan, jika didesain dengan baik sebagai sarana bermain
sekaligus belajar, maka akan lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
C.
Karakteristik
Pengajaran Berbantuan Komputer
Karakteristik PBK terbagi atas dua bagian, yaitu:
a.
Karakteristik
umum
Karakteristik
umum adalah sifat umum yang ada di setiap model pembelajaran, sehingga masing-masing model pun selalu
ada dan melekat pada karakteristik umum ini.
b.
Karakteristik khusus
Karakteristik khusus adalah karakteristik
pengajaran berbantuan komputer yang mengacu
pada masing-masing model. Sehingga akan didapatkan karakteristik yang
berbeda-beda pada masing-masing model pembelajaran.
D.
Kriteria
Pengajaran Berbantuan Komputer yang baik
Northwest Regional Educational Laboratory menetapkan 21 kriteria suatu
pengajaran berbantuan komputer dikatakan baik, yaitu:
· Isi harus tepat.
· Memuat nilai pendidikan.
· Memuat nilai-nilai yang baik.
· Bebas dari ras, etnis, seks dan
steriotip lainnya.
· Tujuan (pembelajaran) dinyatakan
dengan baik.
· Isi sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
· Penyampaian materi jelas.
· Kesesuaian tingkat kesukaran,
kesesuaian penggunaan warna, suara dan grafis.
· Kesesuaian tingkat motivasi.
· Menantang kreativitas siswa.
· Umpan balik efektif.
· Kontrol di tangan siswa.
·
Materi
sesuai dengan pengalaman belajar siswa sebelumnya.
· Materi dapat digeneralisasikan.
· Program harus sempurna.
· Program ditata dengan baik.
· Pengaturan tampilan efektif.
· Pembelajaran jelas.
· Membantu dan memudahkan guru.
· Sesuai dengan perkembangan teknologi
komputer.
·
Program
sudah diuji cobakan.
E.
Kelebihan Pengajaran Berbantuan Komputer
1. Meningkatkan
interaksi
Interaksi disini adalah aktivitas pertukaran informasi
antara komputer dengan penggunanya dalam hal ini siswa. Ketika komputer
menampilkan suatu pesan, maka siswa harus meresponnya. Karena kerja komputer
berdasarkan respon yang diberikan siswa, maka pelajaran dalam PBK terikat
langsung oleh respon yang diberikan siswa. Dengan PBK maka interaksi antara
siswa dengan materi lebih banyak karena siswa langsung menyimak materi tanpa
ada rasa takut, terlalu cepat dan sebagainya.
2. Individualisasi
Individualisasi diawali dengan pre test, dimana pre test ini
digunakan untuk mengetahui bahwa siswa telah memiliki kemampuan prasyarat yang
dibutuhkan untuk kesuksesan belajar siswa selanjutnya. Individualisasi
digunakan untuk membuat pelajaran lebih menarik, lebih relevan, dan lebih
efisien.
3.
Efektivitas biaya
Salah satu alasan kuat digunakannya PBK adalah masalah
administrasi, karena penggunaan pelayanan dalam PBK tidak membutuhkan kehadiran
seorang guru, PBK dapat digunakan di malam hari, hari-hari libur yang dimana
biasanya guru tidak bisa hadir. Dengan kata lain waktunya bisa kapan saja.
4. Motivasi
Banyak siswa yang menganggap bahwa PBK sangat menarik
perhatian mereka, walaupun alasan ketertarikan mereka terhadap PBK sangat
beragam. Beberapa siswa mengatakan bahwa belajar dengan mesin sangat berbeda
dengan belajar dengan guru. Siswa lain mengatakan mereka menyukai PBK karena
mereka tertarik pada komputer sehingga pembelajaran menjadi efisien, atau
dengan PBK maka proses pembelajaran dapat dikendalikan oleh tingkat kemampuan
siswa.
5. Umpan balik
Umpan balik lebih cepat diterima dalam penggunaan PBK
dibandingkan media lain yang sulit atau tidak bisa menerima umpan balik,
jawaban siswa bisa dievaluasi dengan cepat. Kemampuan komputer untuk
mengevaluasi dan merespon lebih cepat dibandingkan kemampuan instruktur.
Kemampuan ini membuat PBK efektif dan efesien.
6. Keutuhan pelajaran
Dengan PBK beberapa bentuk aktivitas seperti membaca,
melihat video tape dapat ditampilkan dalam satu layar. Melalui PBK dapat
meyakinkan bahwa topik-topik akan disajikan secara utuh.
7. Kendali peserta belajar
Salah satu hal yang menarik dari siswa dan PBK adalah
terjaminnya kewenangan penuh (otoritas) siswa dalam mengambil
keputusan-keputusan penting selama proses instruksional untuk memperbesar hasil
belajar individu. Siswa dapat menentukkan topik-topik apa saja yang disukai dan
siswa bebas untuk memilih untuk memulai pelajaran.
E.
Kekurangan
Pengajaran Berbantuan Komputer
Kekurangan PBK di antaranya adalah
sebagai berikut:
·
Sangat
bergantung pada kemampuan membaca dan keterampilan visual siswa.
·
Membutuhkan
tambahan keterampilan pengembangan di luar keterampilan yang dibutuhkan untuk
pengembangan pembelajaran yang lama.
·
Memerlukan
waktu pengembangan yang lama.
·
Kemungkinan
siswa untuk belajar secara tak sengaja menjadi terbatas.
·
Hanya
bertindak berdasarkan masukan yang telah terprogram sebelumnya, tidak dapat
bertindak secara spontan.
BAB II
ANALISIS KELAS
A. Analsis Siswa
Media yang dirancang dalam makalah ini adalah media untuk
pembalajaran IPA dengan Materi Pokok Alat Pernapasan Manusia. Adapun jumlah
murid adalah 40 orang. Dari seluruh murid tersebut dilakukan analisis sebagai
berikut :
a. Jenis
kelamin
Laki-laki
: 18 orang
Perempuan
: 22 orang
b. Usia
: 11 – 13
tahun
c.
Suku bangsa
Bugis : 22 orang
Melayu
: 7 orang
Banjar :
6 orang
Jawa :
3 orang
Minang : 2 orang
d. Pengetahuan Awal :
Dari
hasil ulangan Materi Pokok Alat Pernapasan Manusia didapat nilai sebagai
berikut :
1.
12
orang > KKM ( KKM = 70)
2.
8
orang < KKM (Remedial)
3.
20
orang = KKM
4.
Motivasi
Belajar
Pada
umumnya motivasi belajar mereka sedang hanya 12 orang mempunyai motivasi yang
tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan mengerjakan tugas dan PR
sehari-hari.
f. Kemampuan
menggunakan komputer
Baru
sebahagian murid kelas V (lima) SDN 021 Pengalihan yang sudah mampu
mengoperasikan computer misalnya dalam pengetikan Microsoft Office Word, dan
Microsoft Office Excel.
B.
Standar Kompetens, Kompetensi Dasar
, Indikator,Tujuan Pembelajaran
I.
Standar Kompetensi
:
· Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
II. Kompetensi Dasar
·
Mengidentifikasi fungsi organ tubuh
manusia.
III. Indikator
· Menyebutkan bagian tubuh yang berperan sebagai pernapasan
IV. Tujuan
Pembelajaran :
· Siswa dapat Menyebutkan bagian tubuh
yang berperan sebagai pernapasan
3.
Media Yang Paling Tepat
Media yang paling tepat digunakan pada materi Alat
Pernapasan Manusia adalah media berupa animasi melalui komputer (melalui
Proyektor dalam memfokuskan power point yang dirancang oleh guru), karena
melalui media ini murid akan lebih termotivasi dan bisa membangun pengetahuan
sendiri (sesuai dengan teori belajar kontruktivisme).
BAB III
PENUTUP
Demikianlah perancangan media pembelajaran ini dibuat sedemikian rupa, semoga
media ini dapat mempermudah pemahaman murid terhadap materi yang disampaikan.
Adapun media berupa animasi power pointnya yang telah dibuat akan di lampirkan
DIdalam blog : http://efendiusman.blogspot.com.
KRITERIA
KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
NamaSekolah : SDN 021 Pengalihan
Mata Pelajaran :
I P A
Kelas /
Semester : V (lima) / 1
STNDAR
KOMPETEMSI
Kelas
V, Semester 1
|
KOMPETENSI
DASAR
|
KOM
PLEK SITAS
|
SUMBER
DAYA PENDUKUNG
|
INTAKE
(POTENSI SISWA)
|
KETUN
TASAN
KD
%
|
|
PENDIDIK
|
SARANA
PRASARANA
|
|||||
40-100
|
40-100
|
40-100
|
40-100
|
|||
1.
Mengidentifikasi fungsi organ
tubuh manusia dan hewan
|
1.1.
Mengidentifikasi fungsi organ
tubuh manusia
|
70
|
80
|
70
|
65
|
70
|
LAMPIRAN :
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SDN 021 Pengalihan
Mata
Pelajaran
: SAINS
Kelas/Semester
: V/ 1
Materi Pokok
: Organ Tubuh Manusia dan
Hewan
Waktu : 2 x 35 menit (1 X
pertemuan)
Metode : Ceramah dan praktek
I. Standar
Kompetensi :
· Mengidentifikasi
fungsi organ tubuh manusia dan hewan
II. Kompetensi Dasar
· Mengidentifikasi
fungsi organ tubuh manusia.
III. Indikator
· Menyebutkan bagian tubuh yang berperan sebagai
pernapasan
IV. Tujuan
Pembelajaran :
· Siswa dapat Menyebutkan bagian tubuh yang berperan sebagai
pernapasan
· Siswa dapat Memahami istilah dari
-
Diagfragma
-
Gelambir
-
Pleura
-
Bronkus
|
-
Alveolus
|
Karakter yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian
( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung Jawab ( responsibility
) Dan Ketelitian ( carefulness)
V.
Materi Pokok
· Alat pernapasan manusia
· Materi Esensial
· Alat Pernapasan Pada Manusia
VI.
Metode
· Ceramah dan praktek
VII. Media Belajar
· Buku SAINS SD Relevan Kelas V
· Stoples plastik bening besar Pipa kecil bercabang tiga,
Plastisin, Karet gelang, Sedotan, Tiga balon kecil, Lakban, Gunting, Silet.
VIII. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan
ke-1
|
|||
A.
Kegiatan
Awal
Apersepsi dan Motivasi :
·
Menyampaikan
Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan
|
5 (menit)
|
||
B.
Kegiatan Inti
1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
a.
Siswa dapat
Memahami peta konsep tentang alat pernapasan
b. Menyebutkan bagian tubuh yang berperan sebagai pernapasan
§ Paru-paru
§ Hidung
§ Tenggorokan
c.
Memahami istilah dari
d.
Memahami proses pernapasan
e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
f. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b. Memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
e. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
3.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
b. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
|
60 (menit)
|
||
C.
Penutup
Mengulang proses pernapasan
|
(5 menit)
|
||
Pekerjaan Rumah
|
IX.
Penilaian
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Instrumen/
Soal
|
Mengidentifikasi alat pernapasan
pada manusia.
Membuat model alat pernapasan
manusia dan mendemonstrasikan cara kerjanya.
|
Tugas Individu
dan Kelompok
|
Laporan dan Unjuk kerja
|
Jelaskanlah alat pernapasan pada
manusia.
Buatkanlah model alat pernapasan
manusia dan mendemonstrasikan cara kerjanya.
|
FORMAT KRITERIA
PENILAIAN
& Produk ( hasil diskusi )
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
* semua
benar
* sebagian
besar benar
* sebagian
kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
& Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
3.
|
Pengetahuan
Praktek
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
4
2
1
|
& LEMBAR
PENILAIAN
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
||
Pengetahuan
|
Praktek
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
CATATAN :
@ Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka
diadakan Reme
Pengalihan, April 2012
Mengetahui
Kepala
Sekolah
Guru Mapel IPA
USMAN EFENDI, S.Pd.SD USMAN EFENDI, S.Pd.SD
NIP
: 19661231 198804 1
002 NIP : 19661231 198804 1 002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar